Monday 31 August 2009

Mahasiswa Super Untuk Indonesia


Disetiap pelatihan kesuksesan yang pernah kita jalani. Sangat membekas di relung ingatan kita, bahwa IPK menduduki peringkat 17 dari prioritas skill yang dibutuhkan untuk menjadi orang sukses. Energi gelombang longitudinal dari trainerpun seolah telah menyihir hati-hati kita pada saat itu. Sehingga para mahasiswapun sepakat bahwa, untuk mengembangkan skill-skill kesuksesan itu perlu adanya wadah yang namanya organisasi. Organisasi seolah-olah telah menjadi tambang kesuksesan yang terus dieksploitasi. Semakin banyak organisasi yang diikuti maka semakin banggalah kita. Tatkalah di suatu kesempatan, kita diminta menuliskan pengalaman organisasi-organisasi kita. Sampai-sampai kertas yang disediakan tidaklah cukup untuk menuliskan itu semua. Fenomena sekarangpun, virus-virus entrepreneurship telah membius otak-otak mahasiswa. Seolah-olah fitrah mahasiswa telah luntur bersama arus deras organisasi dan entrepreseurship. Sehingga tidak sedikit dari kebanyakan mahasiswa menjadi disorientasi mengenai masalah akademis, terlebih menyangkut IPK.

Fenomena ketidakseimbangan ini akan melahirkan mahasiswa fanatik organisasi, fanatik entrepreneurship, dan yang tidak menerima paham kesuksesan ini akan menjadi mahasiswa fanatik akademis (Study Oriented). Sesungguhnya bukan ini yang dibutuhkan bangsa kita. Bangsa kita butuh mahasiswa super dengan academic skill, organisatoris skill, entrepreneur skill dan terframe dalam kerangka ESQ. Academic skill adalah point penting bagaimana kita menyeimbangkan semua skill itu. Menjadi seorang aktivis tidaklah harus syahid (gugur) di medan akademis, menjadi pengusaha tidaklah juga harus menjual buku-buku kuliahnya untuk modal usaha. Tetapi jadilah prbadi yang bijak menyikapi itu. Sesungguhnya masalah besar kita bersama adalah masalah ketidaksejahteraan bangsa ini.

Indonesia sangat lemah tentang masalah iptek. Banyak sekali ketidaksejahteraan bangsa ini dikarenakan iptek yang tidak kunjung berkembang. Walaupun Iptek terkalahkan oleh Ekonomi. Ekonomi terkalahkan oleh politik, maka timbul pertanyaan, apalagi yang dapat mengalahkan
politik. Ternyata politik terkalahkan oleh iptek juga. Misalnya Iran dan Korea Utara adalah
Negara yang mengembangkan senjata nuklir hasil dari iptek mereka. Maka dengan senjata iptek ini mereka menjadi Negara yang mampu bertahan dari tekanan politik Negara adidaya. Kemajuan iptek menandakan kemajuan dari suatu Negara. Jepang juga adalah salah satu Negara yang mengembangkan iptek untuk menghasilkan teknologi-teknologi yang dapat mensejahterahkan rakyatnya. Maka mengapa iptek tidak menjadi pilihan bangsa Indonesia. Seolah-olah politik adalah jalan keluar terakhir mensejahterahkan bangsa ini. Sudah berapa banyak caleg-caleg di RSJ yang telah menjadi korban politik. Sungguh ironis

Ingatlah teman, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjadi mahasiswa yang ahli
dibidang kita masing-masing. Bangsa ini telah lelah lama menunggu untuk terciptanya
perubahan, maka Jadilah bagian dari sejarah perubahan itu. Pahami dan mulailah belajar menjadi ahli-ahli perubahan dibidang kita masing-masing untuk menuju metamorfosa kemajuan bangsa ini. Salam cerdas, hati ikhlas, kerja keras. (suryabelitung@gmail.com)

No comments: